SEJARAH
Konsep SLI pada awalnya diadopsi dari Sekolah Lapang Petani Farmer Field School (FFS) yang dirancang untuk program Integrated Pest Management (Boer, 2003). Integrated Pest Management program pertama kali dipromosikan oleh Food Agriculture Organization (FAO) sebagai cara praktis untuk menyebarkan pengetahuan konsep dan praktek managemen hama yang terintegrasi pada sistem pertanian untuk wilayah Asia Timur (Feder, 2004). Selanjutnya FFS berkembang untuk dilakukan pada topik pertanian lain yang relevan dan kemudian disesuaikan kurikulumnya. Program SLI di Indonesia dirancang oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) sejak 2003 melalui kerjasama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) Indramayu, Departemen Pertanian, dan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG – menjadi BMKG sejak 2008), dengan dukungan dari Asian Disaster Preparedness Center (ADPC) dan selanjutnya oleh Lembaga Penelitian Internasional untuk Iklim dan Masyarakat (International Research Institute/IRI) – University of Columbia. Program SLI pertama kali dikembangkan di tiga kecamatan di Indramayu, yaitu kecamatan Cage Haur (Karang Mulya), Juntinyuat (Desa Junti kedokan), dan Losarang (Desa Tanjeng).
Pelaksanaan kegiatan SLI oleh BMKG telah dilaksanakan sejak tahun 2010 melalui kerja sama dengan pemerintah Australia (AUSAID), dan mulai tahun 2011 hingga saat ini telah dilaksanakan secara mandiri. Keberhasilan kegiatan SLI dalam meningkatkan pemahaman dan literasi iklim kepada pemerintah daerah, petugas penyuluh pertanian dan petani, kemudian menjadi kegiatan “Prioritas Nasional” di RPJMN 2015-2019 dengan fokus untuk mengenalkan informasi iklim kepada penyuluh petani dan kelompok tani. Dan pada Renstra BMKG 2020-2024, kegiatan SLI ditingkatkan dari mengenalkan menjadi membudayakan agar petani memanfaatkan informasi iklim dalam kegiatan budidaya pertanian sehingga fokus SLI Operasional di lahan petani dengan konsep belajar sambil praktek di lahan petani.