Frequently Asked Questions (FAQ)
#1 : “Iklim, Pandangan Iklim 2023 dan Bencana Hidrometeorologi“
Keywords : akhir 2022 – awal 2023, bencana hidrometeorologis, potensi curah hujan tinggi, climate outlook 2023, kekeringan 2023, mitigasi, langkah antisipatif, prediksi suhu 2023
BENCANA HIDROMETEOROLOGI BASAH (MUSIM HUJAN)
Q : AWAL MUSIM PENGHUJAN SUDAH DIMULAI SEJAK BULAN SEPTEMBER 2022 DAN DIPREDIKSI AKAN MENGALAMI PUNCAKNYA PADA JANUARI 2023. BEBERAPA DAERAH BAHKAN SUDAH MENGALAMI BANJIR SEPERTI BALI, ACEH, DAN PESISIR SELATAN PULAU JAWA. SEPERTI APA PREDIKSI CURAH HUJAN TAHUNAN DI AWAL 2023 INI DAN SEPERTI APA SKALANYA?
A : Secara umum curah hujan tahun 2023 diprediksi akan mendekati kondisi normalnya namun demikian curah hujan bulanan dapat bervariasi dari bulan ke bulan. Pada bulan Januari 2023, curah hujan didominasi kondisi menengah – tinggi. Curah hujan sangat tinggi (>500mm/bulan) diprediksi terjadi di Aceh bagian barat, Pesisir Selatan Banten, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah bagian utara, Timor bagian barat, Sulawesi Selatan bagian selatan. Pada Februari 2023 curah hujan umumnya berada pada kategori menengah-tinggi. Curah hujan rendah (<100 mm/bulan) diprediksi terjadi di sebagian Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Papua Barat bagian utara. Pada bulan Maret – April 2023, umumnya curah hujan diprediksi berada pada kategori menengah-tinggi. Curah hujan kategori sangat tinggi (>500 mm/bulan) diprediksi terjadi di sebagian kecil Papua.
Q : WILAYAH-WILAYAH MANA YANG PERLU MEWASPADAI POTENSI CURAH HUJAN TINGGI DI MUSIM PENGHUJAN KALI INI?
A : Pada bulan Februari 2023 curah hujan dengan kategori tinggi ( > 300 mm/bulan) berpeluang terjadi di sebagian besar Jawa, Bali, sebagian sebagian NTB, NTT, sebagian Kalimantan Barat bagian utara, sebagian kecil Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Timur, Kalimantan Timur, sebagian Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan bagian selatan, sebagian Papua Barat dan sebagian Papua. Maret 2023 curah hujan > 300 mm/bulan berpeluang terjadi di sebagian Sumatera Selatan, sebagian Lampung, sebagian Banten bagian selatan, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, Jawa Timur bagian tengah, Bali bagian tengah, Flores Tengah, sebagian Kalimantan Barat bagian utara, Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Timur, sebagian Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan bagian selatan dan utara, dan sebagian Papua. April 2023 curah hujan > 300 mm/bulan berpeluang tinggi terjadi di sebagian Aceh, sebagian Sumatera Utara, sebagian Sumatera Barat, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Rengah, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Utara, sebagian Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan bagian selatan dan utara, dan Papua bagian tengah. Mei 2023 curah hujan > 300 mm/bulan berpeluang tinggi terjadi di sebagian Kalimantan Timur bagian barat, sebagian Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan bagian timur, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat, dan sebagian Papua. Juni 2023 curah hujan > 300 mm/bulan berpeluang tinggi terjadi di sebagian Sulawesi Selatan bagian timur, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat, dan sebagian Papua.
CLIMATE OUTLOOK 2023
Q : DALAM CLIMATE OUTLOOK SEPANJANG TAHUN 2023, SEPERTI APA ANOMALI CUACA YANG PERLU DIWASPADAI?
A : Anomali cuaca di sepanjang tahun 2023, untuk musim hujan di sekitar November, Desember agar tetap mewaspadai hari-hari dengan curah hujan tinggi dan kejadian cuaca ekstrem. Pada musim kemarau disekitar Juni-Juli-Agustus, tetap mewaspadai hari-hari tidak ada hujan secara berkepanjangan. Jadi walaupun dikatakan musim normal, tetap pada saat musim hujan ada puncak nya dan demikian musim kemarau ada potensi untuk tidak terdapat hari hujan yang berkepanjangan.
Q : BAGAIMANA POTENSI BENCANA HIDROMETEOROLOGI BASAH MAUPUN KERING DI SEJUMLAH WILAYAH INDONESIA SEPANJANG 2023?
A : Curah hujan tahunan pada 2023 diprediksi sama dengan kondisi normalnya. Namun demikian, terjadi variasi iklim bulanan yang dapat disertai kondisi cuaca buruk. Sebagai contoh, pada bulan April-Mei akan banyak wilayah yang mengalami peralihan musim yang biasanya kondisi cuacanya sering tidak menentu. Sementara itu pada pertengahan tahun yang umumnya musim kemarau di Jawa-Bali-NTB dan NTT, namun sebagian wilayah di Sulawesi tengah dan Maluku justru mengalami puncak musim hujan yang biasanya disertai kondisi hujan-hujan lebat dan mungkin berpotensi menyebabkan banjir. Pada tahun-tahun normal, misalnya tahun 2012, 2013, dan 2014, data statistik kebencanaan menunjukkan bahwa jumlah kejadian bencana di Indonesia masih cukup tinggi, tercatat sejumlah 1.811 kejadian bencana pada tahun 2012, 1.674 bencana pada tahun 2013, dan 1.967 kejadian bencana pada tahun 2014. Dari berbagai jenis bencana alam, lebih dari 95 persen bencana tersebut adalah bencana hidrometeorologi. Potensi kejadian banjir dan longsor perlu diwaspadai pada musim hujan awal tahun hingga Maret 2023. Sedangkan di Musim Kemarau, kita perlu mewaspadai kemungkinan kejadian kebakaran hutan yang lebih besar dari tahun lalu mengingat curah hujan tahunan pada tahun 2023 sebagai tahun normal diprediksi akan sedikit lebih rendah secara kumulatif jika dibandingkan 2022 (tahun La Nina).
BENCANA HIDROMETEOROLOGI KERING (MUSIM KEMARAU)
Q : APA SAJA POTENSI BENCANA HIDROMETEOROLOGI KERING DI WILAYAH INDONESIA SELAMA TAHUN 2023? SEPERTI APA PERBANDINGANNYA DENGAN TAHUN-TAHUN SEBELUMNYA?
A : Walaupun ENSO sepanjang tahun 2023 diprediksi akan berada dalam kondisi Netral (tidak terjadi La Nina maupun El Nino), sehingga curah hujan diprediksi juga akan mendekati normal, namun di saat memasuki musim kemarau, (bulan-bulan Juni-Juli-September), sebagian besar wilayah Indonesai akan menerima curah hujan dalam kategori rendah yang dapat memicu terjadinya kekeringan. Dampak dari rendahnya curah hujan biasanya adalah terjadi kasus karhutla dan terjadi kekeringan di wilayah pertanian yang dapat memicu gagal panen. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kemarau di tahun 2023 diprediksi tidak akan sekering tahun 2019 yang diwarnai fenomena El Nino lemah dan IOD positif kuat. Namun bila dibandingkan dengan tahun 2020-2021-2022 yang kemaraunya bersifat di atas normal (kemarau basah) karena dipengaruhi oleh fenomena La Nina, maka kemarau tahun 2023 diprediksi akan lebih kering, dengan curah hujan yang lebih rendah.
Q : WILAYAH MANA SAJA YANG BERPOTENSI MENGALAMI KEKERINGAN ATAU KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN SELAMA PERIODE KEMARAU DI TAHUN 2023?
A : Menghadapi kondisi kemarau yang akan Normal atau sama dengan biasanya, maka kewaspadaan karhutla perlu diperhatikan utamanya pada wilayah-wilayah gambut yaitu Sumatera bagian utara dan tengah (Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumsel) serta Kalimantan Barat, Tengah dan Selatan.
MITIGASI DAN LANGKAH ANTISIPATIF
Q : SEPERTI APA OPTIMALISASI FUNGSI INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR PADA WILAYAH URBAN ATAU RENTAN TERHADAP BANJIR, SEPERTI PENYIAPAN KAPASITAS YANG MEMADAI PADA SISTEM DRAINASE, SISTEM PERESAPAN DAN TAMPUNGAN AIR, AGAR DAPAT MENCEGAH TERJADINYA BANJIR SECARA OPTIMAL?
A : Fungsi infrastruktur Sumber Daya Air pada wilayah urban memandang air dan curah hujan sebagai potensi bencana hidrometeorologi (basah). Air secara alami mengikuti siklus hierdologi, urban secara bentang alam bagian dari siklus hirdologi, apalagi urban yang dimaksud dialiri/dilewati sungai sebagai jalur siklus hidrologi. Dan lebih khusus lagi urban bila keberadaannya di hilir dari sebuah aliran sungai akan lebih rentan terhadap potensi bencana hidrometeorologi. Jadi intinya infrastruktur SDA adalah untuk memfasilitasi jalur siklus hidrologi sebagaimana seharunya mulai dari hulu hingga hilir. Bila hujan turun di hulu, dan boleh jadi wilayahnya adalah pegunungan, maka beri air infrastruktur agar tidak jatuh begitu saja di lereng2. Secara alami infrastrukturnya adalah tegakan vegetasi, dan secara buatan adalah sempadan/teras di lereng2 agar air turun ke tempat yang lebih rendah tidak tergesa-gesa. Sebelum masuk sungai, sebaiknya dibuat tempat penampungan alias bendungan. Dengan dapat diatur air dari hulu karena sudah di atur oleh bendungan, maka diharapkan air yang mengalir sepanjang sungai tidak begitu saja sebesar curah hujan yang turun. Bila wilayah sungai (DAS) kita bagi menjadi area hulu, tengah dan hilir, maka wilayah tengah harus memiliki kantong2 tempat parkir air (situ), agar bila hujannya turun di wilayah tengah, air dapat mengantri masuk sungai bersamaan dengan air dari hulu, sehingga dapat tetap menjaga limpahan air ke sungai tidak terlalu besar. Untuk wilayah hilir, dan ini yang biasanya adalah wilayah perkotaan, akan memerlukan infra struktur air yang lebih kompleks lagi. Sungainya yang akan bermuara ke laut, banyak gangguan, mulai dari hunian hingga tempat membuang segala apa yang harus di buang. Dibuang ke sungai. Ini tentu yang tidak diinginkan. Harus ada ibaratnya jalur toll air, bebas dari segala hambatan air pergi ke muara. Di Kuala Lumpur benar2 ada terowongan sebagai jalur toll air sekaligus terowongan mobil. Air juga harus masuk ke dalam tanah, maka harus dibuat infrastruktur yang dapat mengalirkan air secara lebih cepat ke dalam tanah. Sumur resapan, biopori adalah salah satu solusi. Potensi solusi lain adalah menampung air hujan sehingga bila hujannya di atas kota tersebut, air tidak langsung mengalir ke badan air (parit, selokan, sungai), tapi tertampung di tangki2 besar setiap unit bangunan. Dengan cara ini malah jadi mempunyai cadangan air untuk siram2 taman dan bilas. Bila sudah sampai muara, akan ada hambatan lagi, bila menghadapi air pasang laut dan rob, apalagi permukaan daratanya sudah lebih rendah dari laut. Ini harus ada tanggul besar dan air dipompa ke laut agar lebih cepat mengalir.
Q : BAGAIMANA DENGAN ANTISIPASI POTENSI BENCANA HIDROMETEOROLOGI KERING. SEPERTI APA BENTUK MITIGASI DAN LANGKAH ANTISIPATIF TERHADAP POTENSI KEKERINGAN DAN KARHUTLA SEPANJANG TAHUN 2023?
A : Diusahakan untuk memanfaatkan air sebaik mungkin di saat musim hujan. Terutama untuk wilayah-wilayah pertanian tadah hujan yang sering mengalami kekurangan air untuk pengairan, maka pemanfaatan air di musim hujan dapat memperpanjang masa musim tanam misalnya menjadi 2 kali dalam setahun. Kemudian juga manfaatkan informasi prakiraan musim dari BMKG agar kegiatan pertanian dapat sesuai waktu dan ini dapat menghindari risiko kegagalan panen akibat kekeringan. Pada daerah yang rawan karhutla, diusahakan tidak melakukan pembukaan lahan saat membuka lahan atau menyiapkan lahan untuk pertanian.
PREDIKSI SUHU LEBIH HANGAT DI 2023
Q : SUHU PADA TAHUN 2023 DIPREDIKSI LEBIH HANGAT DIBANDING RATA-RATA. APAKAH INDONESIA BERPOTENSI MENGALAMI FENOMENA GELOMBANG PANAS ATAU HEATWAVE?
A : Suhu pada tahun 2023 diprediksi lebih hangat dibanding rata-ratanya, namun sangat kecil kemungkinan terjadi fenomena Gelombang Panas (heatwave) di wilayah Indonesia. Hal ini dikarenakan wilayah kita dikelilingi oleh lautan dan memiliki kelembapan udara tinggi sehingga sangat sulit terjadi heatwave di wilayah kepulauan Indonesia. Gelombang Panas atau dikenal dengan “heatwave” merupakan fenomena aliran udara panas yang berkepanjangan selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut di mana suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5°C atau lebih. Heatwave terjadi karena adanya udara panas yang terperangkap di suatu wilayah disebabkan adanya anomali dinamika atmosfer yang mengakibatkan aliran udara tidak bergerak dalam skala yang luas, seperti misalnya ada sistem tekanan tinggi dalam skala yang luas dan terjadi cukup lama, seperti yang terjadi di Afrika, Eropa dan beberapa wilayah Asia (India dan Pakistan).
Q : PREDIKSI PERUBAHAN SUHU LINGKUNGAN MENJADI LEBIH HANGAT JUGA BERPOTENSI MENIMBULKAN BERBAGAI PENYAKIT. APA-APA SAJA YANG PERLU DIWASPADAI?
A : Perubahan suhu menjadi lebih hangat dapat menyebabkan vektor pembawa penyakit dapat lebih mudah berkembang. Demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit yang berpotensi fatal yang harus diberikan perhatian khusus untuk mencegah penyebaran dan meningkatkan angka kematian. Pada manusia, hal itu disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor. Angka penetasan telur nyamuk sangat dipengaruhi oleh kenaikan suhu. Kisaran optimal suhu untuk penetasan adalah 25°C. Perbedaan dalam tingkat penetasan disebabkan oleh perubahan kondisi ekstrem dan fisiologi telur. Pengaruh penetasan telur dengan naiknya suhu sangat berpengaruh dalam memahami perilaku Aedes aegypti untuk mencegah demam berdarah dengue. Singkatnya, bila suhu lebih hangat, dapat lebih cepat berkembang dibandingkan pada suhu dingin. Begitu pula untuk larva pada lalat lebih mudah berkembang pada suhu lebih hangat.