Loading..

Standar Waktu Indonesia Loading..

PERINGATAN DINI
L
o
a
d
i
n
g

Frequently Asked Questions (FAQ)

Iklim, Pandangan Iklim 2023 dan Bencana Hidrometeorologi

Keywords : akhir 2022 – awal 2023, bencana hidrometeorologis, potensi curah hujan tinggi, climate outlook 2023, kekeringan 2023, mitigasi, langkah antisipatif, prediksi suhu 2023

 BENCANA HIDROMETEOROLOGI BASAH (MUSIM HUJAN)

Q : AWAL MUSIM PENGHUJAN SUDAH DIMULAI SEJAK BULAN SEPTEMBER 2022 DAN DIPREDIKSI AKAN MENGALAMI PUNCAKNYA PADA JANUARI 2023. BEBERAPA DAERAH BAHKAN SUDAH MENGALAMI BANJIR SEPERTI BALI, ACEH, DAN PESISIR SELATAN PULAU JAWA. SEPERTI APA PREDIKSI CURAH HUJAN TAHUNAN DI AWAL 2023 INI DAN SEPERTI APA SKALANYA?

A : Secara umum curah hujan tahun 2023 diprediksi akan mendekati kondisi normalnya namun demikian curah hujan bulanan dapat bervariasi dari bulan ke bulan. Pada bulan Januari 2023, curah hujan didominasi kondisi menengah – tinggi. Curah hujan sangat tinggi (>500mm/bulan) diprediksi terjadi di Aceh bagian barat, Pesisir Selatan Banten, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah bagian utara, Timor bagian barat, Sulawesi Selatan bagian selatan.  Pada Februari 2023 curah hujan umumnya berada pada kategori menengah-tinggi. Curah hujan rendah (<100 mm/bulan) diprediksi terjadi di sebagian Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Papua Barat bagian utara. Pada bulan Maret – April 2023, umumnya curah hujan diprediksi berada pada kategori menengah-tinggi. Curah hujan kategori sangat tinggi (>500 mm/bulan) diprediksi terjadi di sebagian kecil Papua.

Q : WILAYAH-WILAYAH MANA YANG PERLU MEWASPADAI POTENSI CURAH HUJAN TINGGI DI MUSIM PENGHUJAN KALI INI?  

A : Pada bulan Februari  2023 curah hujan dengan kategori tinggi ( > 300 mm/bulan) berpeluang terjadi di sebagian besar Jawa, Bali, sebagian sebagian NTB, NTT, sebagian Kalimantan Barat bagian utara, sebagian kecil Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Timur, Kalimantan Timur, sebagian Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan bagian selatan, sebagian Papua Barat dan sebagian Papua. Maret 2023 curah hujan > 300 mm/bulan berpeluang terjadi di sebagian Sumatera Selatan, sebagian Lampung, sebagian Banten bagian selatan, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, Jawa Timur bagian tengah, Bali bagian tengah, Flores Tengah, sebagian Kalimantan Barat bagian utara, Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Timur, sebagian Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan bagian selatan dan utara, dan sebagian Papua. April 2023 curah hujan > 300 mm/bulan berpeluang tinggi terjadi di sebagian Aceh, sebagian Sumatera Utara, sebagian Sumatera Barat, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Rengah, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Utara, sebagian Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan bagian selatan dan utara, dan Papua bagian tengah. Mei 2023 curah hujan > 300 mm/bulan berpeluang tinggi terjadi di sebagian Kalimantan Timur bagian barat, sebagian Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan bagian timur, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat, dan sebagian Papua. Juni 2023 curah hujan > 300 mm/bulan berpeluang tinggi terjadi di sebagian Sulawesi Selatan bagian timur, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat, dan sebagian Papua. 

CLIMATE OUTLOOK 2023

Q : DALAM CLIMATE OUTLOOK SEPANJANG TAHUN 2023, SEPERTI APA ANOMALI CUACA YANG PERLU DIWASPADAI?

A : Anomali cuaca di sepanjang tahun 2023, untuk musim hujan di sekitar November, Desember agar tetap mewaspadai hari-hari dengan curah hujan tinggi dan kejadian cuaca ekstrem. Pada musim kemarau disekitar Juni-Juli-Agustus, tetap mewaspadai hari-hari tidak ada hujan secara berkepanjangan. Jadi walaupun dikatakan musim normal, tetap pada saat musim hujan ada puncak nya dan demikian musim kemarau ada potensi untuk tidak terdapat hari hujan yang berkepanjangan. 

Q : BAGAIMANA POTENSI BENCANA HIDROMETEOROLOGI BASAH MAUPUN KERING DI SEJUMLAH WILAYAH INDONESIA SEPANJANG 2023?

A : Curah hujan tahunan pada 2023 diprediksi sama dengan kondisi normalnya. Namun demikian, terjadi variasi iklim bulanan yang dapat disertai kondisi cuaca buruk. Sebagai contoh, pada bulan April-Mei akan banyak wilayah yang mengalami peralihan musim yang biasanya kondisi cuacanya sering tidak menentu. Sementara itu pada pertengahan tahun yang umumnya musim kemarau di Jawa-Bali-NTB dan NTT, namun sebagian wilayah di Sulawesi tengah dan Maluku justru mengalami puncak musim hujan yang biasanya disertai kondisi hujan-hujan lebat dan mungkin berpotensi menyebabkan banjir.  Pada tahun-tahun normal, misalnya tahun 2012, 2013, dan 2014, data statistik kebencanaan menunjukkan bahwa jumlah kejadian bencana di Indonesia masih cukup tinggi, tercatat sejumlah 1.811 kejadian bencana pada tahun 2012, 1.674 bencana pada tahun 2013, dan 1.967 kejadian bencana pada tahun 2014. Dari berbagai jenis bencana alam, lebih dari 95 persen bencana tersebut adalah bencana hidrometeorologi. Potensi kejadian banjir dan longsor perlu diwaspadai pada musim hujan awal tahun hingga Maret 2023. Sedangkan di Musim Kemarau, kita perlu mewaspadai kemungkinan kejadian kebakaran hutan yang lebih besar dari tahun lalu mengingat curah hujan tahunan pada tahun 2023 sebagai tahun normal diprediksi akan sedikit lebih rendah secara kumulatif jika dibandingkan 2022 (tahun La Nina).

BENCANA HIDROMETEOROLOGI KERING (MUSIM KEMARAU)

Q : APA SAJA POTENSI BENCANA HIDROMETEOROLOGI KERING DI WILAYAH INDONESIA SELAMA TAHUN 2023? SEPERTI APA PERBANDINGANNYA DENGAN TAHUN-TAHUN SEBELUMNYA?

A :  Walaupun ENSO sepanjang tahun 2023 diprediksi akan berada dalam kondisi Netral (tidak terjadi La Nina maupun El Nino), sehingga curah hujan diprediksi juga akan mendekati normal, namun di saat memasuki musim kemarau, (bulan-bulan Juni-Juli-September), sebagian besar wilayah Indonesai akan menerima curah hujan dalam kategori rendah yang dapat memicu terjadinya kekeringan. Dampak dari rendahnya curah hujan biasanya adalah terjadi kasus karhutla dan terjadi kekeringan di wilayah pertanian yang dapat memicu gagal panen. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kemarau di tahun 2023 diprediksi tidak akan sekering tahun 2019 yang diwarnai fenomena El Nino lemah dan IOD positif kuat. Namun bila dibandingkan dengan tahun 2020-2021-2022 yang kemaraunya bersifat di atas normal (kemarau basah) karena dipengaruhi oleh fenomena La Nina, maka kemarau tahun 2023 diprediksi akan lebih kering, dengan curah hujan yang lebih rendah.

Q : WILAYAH MANA SAJA YANG BERPOTENSI MENGALAMI KEKERINGAN ATAU KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN SELAMA PERIODE KEMARAU DI TAHUN 2023?

A : Menghadapi kondisi kemarau yang akan Normal atau sama dengan biasanya, maka kewaspadaan karhutla perlu diperhatikan utamanya pada wilayah-wilayah gambut yaitu Sumatera bagian utara dan tengah (Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumsel) serta Kalimantan Barat, Tengah dan Selatan.

MITIGASI DAN LANGKAH ANTISIPATIF

Q : SEPERTI APA OPTIMALISASI FUNGSI INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR PADA WILAYAH URBAN ATAU RENTAN TERHADAP BANJIR, SEPERTI PENYIAPAN KAPASITAS YANG MEMADAI PADA SISTEM DRAINASE, SISTEM PERESAPAN DAN TAMPUNGAN AIR, AGAR DAPAT MENCEGAH TERJADINYA BANJIR SECARA OPTIMAL?

A : Fungsi infrastruktur Sumber Daya Air pada wilayah urban memandang air dan curah hujan sebagai potensi bencana hidrometeorologi (basah). Air secara alami mengikuti siklus hierdologi, urban secara bentang alam bagian dari siklus hirdologi, apalagi urban yang dimaksud dialiri/dilewati sungai sebagai jalur siklus hidrologi. Dan lebih khusus lagi urban bila keberadaannya di hilir dari sebuah aliran sungai akan lebih rentan terhadap potensi bencana  hidrometeorologi. Jadi intinya infrastruktur SDA adalah untuk memfasilitasi jalur siklus hidrologi sebagaimana seharunya mulai dari hulu hingga hilir. Bila hujan turun di hulu, dan boleh jadi wilayahnya adalah pegunungan, maka beri air infrastruktur agar tidak jatuh begitu saja di lereng2. Secara alami infrastrukturnya adalah tegakan vegetasi, dan secara buatan adalah sempadan/teras di lereng2 agar air turun ke tempat yang lebih rendah tidak tergesa-gesa. Sebelum masuk sungai, sebaiknya dibuat tempat penampungan alias  bendungan. Dengan dapat diatur air dari hulu karena sudah di atur oleh bendungan, maka diharapkan air yang mengalir  sepanjang sungai tidak begitu saja sebesar curah hujan yang turun. Bila wilayah sungai (DAS) kita bagi menjadi area hulu, tengah dan hilir, maka wilayah tengah harus memiliki kantong2 tempat parkir air (situ), agar bila hujannya turun di wilayah tengah, air dapat  mengantri masuk sungai bersamaan dengan air dari hulu, sehingga  dapat tetap menjaga limpahan air ke sungai tidak terlalu besar. Untuk wilayah hilir, dan ini yang biasanya adalah wilayah perkotaan, akan memerlukan infra struktur air yang lebih kompleks lagi. Sungainya yang akan bermuara ke laut, banyak gangguan, mulai dari hunian hingga tempat membuang segala apa yang harus di buang. Dibuang ke sungai. Ini tentu yang tidak diinginkan. Harus ada ibaratnya jalur toll air, bebas dari segala hambatan air pergi ke muara. Di Kuala Lumpur benar2 ada terowongan sebagai jalur toll air  sekaligus terowongan mobil.  Air juga harus masuk ke dalam tanah, maka harus dibuat infrastruktur yang dapat mengalirkan air secara lebih cepat ke dalam tanah. Sumur resapan, biopori adalah salah satu solusi. Potensi solusi lain adalah menampung air hujan sehingga bila hujannya di atas kota tersebut, air tidak langsung mengalir ke badan air (parit, selokan, sungai), tapi tertampung di tangki2 besar setiap unit bangunan. Dengan cara ini malah jadi mempunyai cadangan air untuk siram2 taman dan bilas. Bila sudah sampai muara, akan ada hambatan lagi, bila menghadapi air pasang laut dan rob, apalagi permukaan daratanya sudah lebih rendah dari laut. Ini harus ada tanggul besar dan air dipompa ke laut agar lebih cepat mengalir. 

Q : BAGAIMANA DENGAN ANTISIPASI POTENSI BENCANA HIDROMETEOROLOGI KERING. SEPERTI APA BENTUK MITIGASI DAN LANGKAH ANTISIPATIF TERHADAP POTENSI KEKERINGAN DAN KARHUTLA SEPANJANG TAHUN 2023? 

A : Diusahakan untuk memanfaatkan air sebaik mungkin di saat musim hujan. Terutama untuk wilayah-wilayah pertanian tadah hujan yang sering mengalami kekurangan air untuk pengairan, maka pemanfaatan air di musim hujan dapat memperpanjang masa musim tanam misalnya menjadi 2 kali dalam setahun. Kemudian juga manfaatkan informasi prakiraan musim dari BMKG agar kegiatan pertanian dapat sesuai waktu dan ini dapat menghindari risiko kegagalan panen akibat kekeringan.  Pada daerah yang rawan karhutla, diusahakan tidak melakukan  pembukaan lahan saat membuka lahan atau menyiapkan lahan untuk pertanian.

PREDIKSI SUHU LEBIH HANGAT DI 2023

Q : SUHU PADA TAHUN 2023 DIPREDIKSI LEBIH HANGAT DIBANDING RATA-RATA. APAKAH INDONESIA BERPOTENSI MENGALAMI FENOMENA GELOMBANG PANAS ATAU HEATWAVE?

A : Suhu pada tahun 2023 diprediksi lebih hangat dibanding rata-ratanya, namun sangat kecil kemungkinan terjadi fenomena Gelombang Panas (heatwave) di wilayah Indonesia. Hal ini dikarenakan wilayah kita dikelilingi oleh lautan dan memiliki kelembapan udara tinggi sehingga sangat sulit terjadi heatwave di wilayah kepulauan Indonesia. Gelombang Panas atau dikenal dengan “heatwave” merupakan fenomena aliran udara panas yang berkepanjangan selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut di mana suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5°C atau lebih. Heatwave terjadi karena adanya udara panas yang terperangkap di suatu wilayah disebabkan adanya anomali dinamika atmosfer yang mengakibatkan aliran udara tidak bergerak dalam skala yang luas, seperti misalnya ada sistem tekanan tinggi dalam skala yang luas dan terjadi cukup lama, seperti yang terjadi di Afrika, Eropa dan beberapa wilayah Asia (India dan Pakistan).

Q : PREDIKSI PERUBAHAN SUHU LINGKUNGAN MENJADI LEBIH HANGAT JUGA BERPOTENSI MENIMBULKAN BERBAGAI PENYAKIT. APA-APA SAJA YANG PERLU DIWASPADAI?

A : Perubahan suhu menjadi lebih  hangat dapat menyebabkan vektor pembawa penyakit dapat lebih mudah berkembang. Demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit yang berpotensi fatal yang harus diberikan perhatian khusus untuk mencegah penyebaran dan meningkatkan angka kematian. Pada manusia, hal itu disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor. Angka penetasan telur nyamuk  sangat dipengaruhi oleh kenaikan  suhu. Kisaran optimal suhu untuk penetasan adalah 25°C. Perbedaan dalam tingkat penetasan disebabkan oleh perubahan kondisi ekstrem dan fisiologi telur. Pengaruh  penetasan telur dengan naiknya suhu sangat berpengaruh dalam memahami perilaku Aedes aegypti  untuk mencegah demam berdarah dengue. Singkatnya, bila suhu lebih hangat, dapat lebih cepat berkembang dibandingkan pada suhu dingin. Begitu pula untuk larva pada lalat lebih mudah berkembang pada suhu lebih hangat. 

 

Keywords : 2023, awal musim kemarau 2023, kemarau Jabar, Banten, Jabodetabek

Q : KAPAN AWAL MUSIM KEMARAU DI JABODETABEK DAN SEJUMLAH WILAYAH BESAR LAINNYA DI TANAH AIR? 

A : Berdasarkan informasi prakiraan awal musim kemarau 2023 yang telah dirilis oleh BMKG pada bulan Maret lalu, wilayah Jabodetabek umumnya akan memasuki musim kemarau secara bertahap mulai pada bulan April di wilayah Bekasi, Mei di wilayah Tangerang dan bulan Juni untuk wilayah DKI Jakarta dan Bogor. 

Awal musim kemarau di Indonesia umumnya berkait erat dengan peralihan Angin Baratan (Monsun Asia) menjadi Angin Timuran (Monsun Australia). BMKG memprediksi Awal Musim Kemarau terjadi seiring aktifnya Monsun Australia pada April 2023 yang akan dimulai dari wilayah Nusa Tenggara dan Bali, lalu wilayah Jawa, kemudian mendominasi hampir di seluruh wilayah Indonesia pada periode Mei hingga Agustus 2023. 

Dari total 699 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 119 ZOM (17,0%) diprediksi akan memasuki Musim Kemarau pada bulan April 2023, yaitu di Nusa Tenggara, Bali, dan sebagian Jawa Timur. Sebanyak 156 ZOM (22,3%) wilayah akan memasuki Musim Kemarau pada bulan Mei 2023, meliputi sebagian Nusa Tenggara, sebagian Bali, sebagian besar Jawa, Lampung, sebagian Sumatera Selatan, sebagian Sumatera Utara, dan Papua bagian selatan. Sementara itu, sebanyak 155 ZOM (22,2%) wilayah akan memasuki Musim Kemarau pada bulan Juni 2023, meliputi sebagian besar Sumatera, sebagian kecil Jawa, Kalimantan bagian selatan, sebagian Sulawesi, sebagian Maluku, dan sebagian Papua. Sedangkan sejumlah 113 ZOM (16%) lainnya merupakan daerah yang memiliki musim hujan atau musim kemarau sepanjang tahun. 

Q : DARI PREDIKSI TERSEBUT KALAU DIBANDINGKAN DENGAN PERIODE SEBELUMNYA, RENTANG WAKTUNYA MENGALAMI KEMAJUAN DI SEBAGIAN BESAR WILAYAH DI INDONESIA. APA SEBENARNYA YANG MELATARBELAKANGI TERJADINYA HAL TERSEBUT? 

A : Khusus untuk wilayah Jabodetabek, musim kemarau 2023 umumnya akan lebih terlambat (mundur) dibandingkan normalnya (rata-rata 30 tahun), kecuali di Tangerang bagian selatan, Bogor bagian utara dan Bekasi bagian selatan.  Iklim di Indonesia secara umum dipengaruhi oleh gabungan beberapa faktor pengendali, diantaranya kondisi El Nino-La Nina (ENSO) di Samudra Pasifik, Indian Ocean Dipole (IOD) di Samudra Hindia, Monsun dari Australia, Suhu Permukaan Laut di wilayah perairan Indonesia dan variabilitas intraseasonal lainnya (MJO, Gelombang Rosby, Kelvin, serta gelombang atmosfer lainnya).  

Q : HIMBAUAN KEPADA MASYARAKAT

A : Masyarakat disarankan agar tidak perlu panik menyikapi suhu panas dan informasi UV harian tersebut, serta mengikuti dan melaksanakan himbauan respon bersesuaian yang dapat dilakukan untuk masing – masing kategori index UV, seperti menggunakan perangkat pelindung atau tabir surya apabila melakukan aktifitas di luar ruangan.  

Bagi masyarakat yang hendak memperoleh informasi terkini, BMKG memberikan layanan informasi cuaca dan iklim 24 jam, yaitu melalui:  

  • Website http://www.bmkg.go.id; 

  • Follow media sosial @infoBMKG; 

  • Aplikasi iOS dan android “Info BMKG”; 

  • Call center BMKG (196); 

  • Atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.

Keywords : fenomena heat wave asia 2023, isu heat wave Indonesia, penyebab heat wave, gerak semu matahari

Q : DI MUSIM KEMARAU TAHUN INI, CUACA PANAS EKSTRIM SANGAT TERASA DI BEBERAPA DAERAH DIBANDINGKAN MUSIM KEMARAU SEBELUMNYA. APA SEBENARNYA YANG MENYEBABKAN TERJADINYA CUACA YANG BEGITU PANAS PADA TAHUN INI? 

A : Suhu panas bulan April di wilayah Asia secara klimatologis dipengaruhi oleh gerak semu matahari, namun lonjakan panas di wilayah sub-kontinen Asia Selatan, kawasan Indochina dan Asia Timur pada tahun 2023 ini termasuk yang paling signifikan lonjakannya. Para pakar iklim menyimpulkan bahwa tren pemanasan global dan perubahan iklim yang terus terjadi hingga saat ini berkontribusi menjadikan gelombang panas semakin berpeluang terjadi lebih sering. 

Gelombang Panas dapat dijelaskan melalui dua penjelasan yang saling melengkapi, yaitu penjelasan secara karakteristik fenomena dan penjelasan secara indikator statistik suhu kejadian.  

Yang pertama, secara karakteristik fenomena, Gelombang Panas umumnya terjadi pada wilayah yang terletak pada lintang menengah hingga lintang tinggi, di belahan Bumi Bagian Utara maupun di belahan Bumi Bagian Selatan, pada wilayah geografis yang memiliki atau berdekatan dengan massa daratan dengan luasan yang besar, atau wilayah kontinental atau sub-kontinental. Sementara wilayah Indonesia terletak di wilayah ekuator, dengan kondisi geografis kepulauan yang dikelilingi perairan yang luas.  Gelombang panas biasanya terjadi berkaitan dengan berkembangnya pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area dengan luasan yang besar secara persisten dalam beberapa hari, yang berkaitan dengan aktifitas gelombang Rossby di troposfer bagian atas. Dalam sistem tekanan tinggi tersebut, pergerakan udara dari atmosfer bagian atas menekan udara permukaan (subsidensi) sehingga termampatkan dan suhu permukaan meningkat karena umpan balik positif antara massa daratan dan atmosfer. Pusat tekanan atmosfer tinggi ini menyulitkan aliran udara dari daerah lain mengalilr masuk ke area tersebut. Semakin lama sistem tekanan tinggi ini berkembang di suatu area karena umpan balik positif antara daratan dan atmosfer, semakin meningkat panas di area tersebut, dan semakin sulit awan tumbuh di wilayah tersebut.  

 Yang kedua, secara indikator statistik suhu kejadian, “Heat Wave” atau Gelombang Panas dalam ilmu cuaca dan iklim didefinisikan sebagai periode cuaca dengan kenaikan suhu panas yang tidak biasa yang berlangsung setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih (sesuai batasan Badan Meteorologi Dunia atau WMO). Selain itu untuk fenomena cuaca termasuk sebagai kategori gelombang panas, suatu lokasi harus mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik, misalnya 5 derajat celcius lebih panas, dari rata-rata klimatologis suhu maksimum. Apabila suhu maksimum tersebut terjadi dalam rentang rataratanya dan tidak berlangsung lama maka tidak dikategorikan sebagai gelombang panas. Fenomena udara panas yang terjadi di Indonesia belakangan, jika ditinjau secara lebih mendalam dengan dua penjelasan diatas secara karakteristik fenomena maupun secara indikator statistik pengamatan suhu, tidak termasuk kedalam kategori gelombang panas, karena tidak memenuhi kondisi-kondisi tersebut.  Secara karakteristik fenomena, suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya. Sedangkan secara indikator statistik kejadian suhu, lonjakan suhu maksimum yang mencapai 35,6°C melalui pengamatan stasiun BMKG di Medan dan Deli Serdang pada awal bulan ini. Suhu maksimum teramati berada dalam kisaran 34 hingga 36°C di untuk wilayah Indonesia yang merupakan variasi suhu maksimum 34°C –36°C masih dalam kisaran normal klimatologi dibandingkan tahun – tahun  sebelumnya. Secara klimatologis, dalam hal ini untuk Jakarta, bulan April – Mei – Juni adalah bulan – bulan di mana suhu maksimum mencapai puncaknya, selain Oktober – November.

Q : Beberapa wilayah di Indonesia beberapa hari belakangan ini dilaporkan mengalami suhu panas di atas rata-rata. Secara klimatologi apa sebenarnya yang terjadi?

A : Suhu panas bulan April di wilayah Asia secara klimatologis dipengaruhi oleh gerak semu matahari, namun lonjakan panas di wilayah sub-kontinen Asia Selatan, kawasan Indochina dan Asia Timur pada tahun 2023 ini termasuk yang paling signifikan lonjakannya. Para pakar iklim menyimpulkan bahwa tren pemanasan global dan perubahan iklim yang terus terjadi hingga saat ini berkontribusi menjadikan gelombang panas semakin berpeluang terjadi lebih sering. Secara fenomena, gelombang panas biasanya terjadi berkaitan dengan berkembangnya pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area dengan luasan yang besar secara persisten dalam beberapa hari, yang berkaitan dengan aktifitas gelombang Rossby di troposfer bagian atas. 
Dalam sistem tekanan tinggi tersebut, pergerakan udara dari atmosfer bagian atas menekan udara permukaan (subsidensi) sehingga termampatkan dan suhu permukaan meningkat karena umpan balik positif antara massa daratan dan atmosfer. Pusat tekanan atmosfer tinggi ini menyulitkan aliran udara dari daerah lain mengalilr masuk ke area tersebut. Semakin lama sistem tekanan tinggi ini berkembang di suatu area karena umpan balik positif antara daratan dan atmosfer, semakin meningkat panas di area tersebut, dan semakin sulit awan tumbuh di wilayah tersebut.  

Selanjutnya secara indikator statistik suhu kejadian, “Heat Wave” atau Gelombang Panas dalam ilmu cuaca dan iklim didefinisikan sebagai periode cuaca dengan kenaikan suhu panas yang tidak biasa yang berlangsung setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih (sesuai batasan Badan Meteorologi Dunia atau WMO). Selain itu untuk fenomena cuaca termasuk sebagai kategori gelombang panas, suatu lokasi harus mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik, misalnya 5 derajat celcius lebih panas, dari rata-rata klimatologis suhu maksimum. Apabila suhu maksimum tersebut terjadi dalam rentang rata-ratanya dan tidak berlangsung lama maka tidak dikategorikan sebagai gelombang panas. 

 Untuk suhu di Indonesia seminggu belakangan, kondisi fenomena gelombang panas yang dijelaskan diatas, maupun indikator statistik suhunya tidak terpenuhi. Sehingga suhu yang lebih panas di Indonesia seminggu terakhir lebih terjadi karena gerak semu matahari, atau posisi matahari yang saat ini dekat dengan wilayah Khatulistiwa. Secara siklus tahunan, suhu tertinggi di Indonesia terjadi pada saat bulan Maret-April dan September-Oktober. 

Q : BMKG pernah menjelaskan bahwa kenaikan suhu rata-rata di Indonesia belakangan ini tidak terkait dengan fenomena gelombang panas Asia 2023. Mengapa demikian? 

A : Karena kejadian suhu panas di Indonesia tidak memenuhi definisi gelombang panas yang disepakati secara ilmiah dan internasional. Dengan kata lain fenomena gelombang panas tidak terjadi di Indonesia.  

Q : Apa yang membedakan kedua fenomena tersebut?  

A : (1) Gelombang Panas dalam ilmu cuaca dan iklim didefinisikan sebagai periode cuaca dengan kenaikan suhu panas yang tidak biasa yang berlangsung setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih (sesuai batasan Badan Meteorologi Dunia atau WMO). Selain itu untuk fenomena cuaca termasuk sebagai kategori  gelombang panas, suatu lokasi harus mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik, misalnya 5 derajat celcius lebih panas, dari rata-rata klimatologis suhu maksimum. Apabila suhu maksimum tersebut terjadi dalam rentang rata-ratanya dan tidak berlangsung lama maka tidak dikategorikan sebagai gelombang panas.

(2) Fenomena gelombang panas terjadi pada wilayah dengan daratan yang luas (benua), sementara Indonesia berupa kepulauan yang dikelilingi perairan (laut), sehingga penjalaran gelombang udara tidak panas karena tereduksi oleh laut. Udara panas yang terjadi di Indonesia lebih disebabkan karena jumlah  radiasi matahari  yang diterima dari pada penjalaran gelombang panas. 

Q : Benarkah kenaikan suhu panas di Indonesia belakangan ini akibat gerak semu matahari? Bagaimana penjelasannya?

A : Disebabkan perputaran bumi mengelilingi matahari, bagi penduduk bumi seakan-akan posisi matahari akan berpindah dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan melewati ekuator. Ini menyebabkan seakan-akan matahari akan melewati wilayah Indonesia 2 kali dalam setahun, yang dinamai pergerakan semu matahari. Sinar matahari akan mencapai intensitas maksimum pada saat posisi matahari tepat tegak lurus di atas suatu lokasi atau daerah.  Saat bulan April ini posisi matahari masih berada di atas sekitar wilayah tropis ekuator, intensitas radiasi matahari juga optimum, terutama pada saat cuaca cerah sedikit awan, sehingga meningkatkan panas yang diterima permukaan.

Q : Paparan suhu panas di wilayah Indonesia apakah ada perbedaan antara satu wilayah dengan wilayah lain, serta antara periode waktu tertentu? Variabel apa saja yang mempengaruhi perbedaan tersebut?

A : Suhu udara permukaan variasinya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: lokasi geografis, posisi gerak semu matahari, ketinggian suatu tempat, lingkungan sekitar dari suhu dirasakan pengamat.Selain itu terdapat variasi diurnal (harian). Suhu rendah di pagi hari, lalu mencapai maksimum setelah matahari  mencapai titik puncak (suhu maksimum di jam 13-14) dan mencapai minimum di pagi hari sebelum matarahari terbit. Untuk fungsi ketinggian, di pegunungan suhu lebih rendah dari pada di dataran rendah. 

Q : Apa saran dari BMKG buat masyarakat luas, terutama yang harus beraktivitas di luar ruangan?

A : Saat kita berada di luar ada dua jenis paparan yg kita terima, pertama terpapar suhu udara yang panas, dan kedua terpapar radiasi matahari yang mengandung gelombang ultraviolet. Keduanya harus kita hindari untuk terpapar langsung. Oleh karenanya membatasi aktivitas di luar pada saat matahari terik dan paparan UV tinggi sangat disarankan. Apabila di luar ruangan menggunakan pelindung berupa payung atau pengggunaan tabir surya adalah sangat disarankan.  Udara panas juga cepat menguapkan cairan tubuh, oleh karenanya diusahakan cukup minum saat kita beraktivitas di luar.  

.Link :

Pengamatan Suhu harian Indonesia : Suhu Maksimum Harian

Q : Apa penyebab Sinar UV di Jakarta masuk level berbahaya? Fenomena Alam apa?

A : Besar kecilnya radiasi UV yang mencapai permukaan bumi memiliki indikator nilai indeks UV. Indeks ini dibagi menjadi beberapa kategori : 0-2 (Low), 3-5 (Moderate), 6-7 (High), 8-10 (Very high), dan 11 keatas (Extreme). Secara umum, pola harian indeks ultraviolet berada pada kategori “Low” di pagihari; mencapai puncaknya di kategori “High”, “Very high”,sampaidengan “Extreme” ketika intensitas radiasi matahari paling tinggi di siang hari antara pukul 12:00 s.d. 15:00 waktu setempat; dan bergerak turun kembali kekategori “Low” di sore hari. Pola ini bergantung pada lokasi geografis dan elevasi suatu tempat, posisi matahari, jenis permukaan, dan tutupan awan.
Fenomena Alam apa? Ultra Violet bagian dari radiasi matahari pada panjang gelombang tertentu. Jadi fenomenanya adalah biasa sejak matahari bersinar.

Q : Apakah fenomena ini pernah terjadi di Indonesia sebelumnya? Atau ini memang pertama kali terjadi?

A : Pola harian indeks UV yang berfluktuasi dari kategori “Low” sampai dengan”Extreme” secara umum senantiasa teramati di wilayah Indonesia. Seperti yang telah disampaikan oleh BMKG dalam Siaran Pers pada tanggal 25 April kemarin, tinggi rendahnya indeks UV tidak memberikan pengaruh langsung pada kondisi suhu udara di suatu wilayah. Kondisi udara yang panas di Indonesia, dan fenomena Gelombang Panas yang melanda beberapa negara di Asia lebih disebabkan oleh pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area dengan luasan yang besar secara persisten dalam beberapa hari, yang berkaitan dengan aktifitas gelombang Rossby di troposfer bagian atas. Dalam sistem tekanan tinggi tersebut, pergerakan udara dari atmosfer bagian atas menekan udara permukaan (subsidensi) sehingga termampatkan dan suhu permukaan meningkat karena umpan balik positif antara panas massa daratan dan atmosfer. Pusat tekanan atmosfer tinggi ini menyulitkan aliran udara dari daerah lain mengalilr masuk ke area tersebut. Semakin lama sistem tekanan tinggi ini berkembang di suatu area karena umpan balik positif antara panas massa daratan dan atmosfer, semakin meningkat panas di area tersebut, dan semakin sulit awan tumbuh di wilayah tersebut. (Ini kok penjelasan gelombang panas? Padahal pertanyaan No. 2 apakah fenomena ini pernah terjadi di Indonesia sebelumnya? Adalah pertanyaan adanya UV tinggi apakah pertama kali atau sudah ada sebelumnya. Sudah dijawab di kalimat pertama. Pertanyaan pertama kali terjadi, belum terjawab. Yg dimaksud pertanyaan pertama kali, bisa saja sebelum heboh apakah sudah ada juga level UV ini). 

Q : Apakah Sinar UV Ekstrem ini hanya terjadi di Jakarta atau Jabodetak saja? 

A : Untuk wilayah tropis seperti Indonesia, pola harian indeks UV secara rutin dapat teramati dari hari ke hari meskipun tidak ada fenomena Gelombang Panas. Faktor cuaca lainnya seperti berkurangnya tutupan awan dan kelembapan udara dapat memberikan kontribusi lebih terhadap nilai indeks UV. Untuk lokasi lain dengan kondisi umum cuacanya pada kondisi atau diprakirakan cerah-berawan pada pagi sampai dengan siang hari dapat berpotensi menyebabkan indeks UV pada kategori “Very high” dan “Extreme” di siang hari. 

Q : Dampak kerusakan seperti apa yang bisa ditimbulkan dari paparan Sinar UV ekstrem ini?

A : Sinar UV terbagi menjadi beberapa jenis, tetapi yang paling umum adalah UVA dan UVB. Paparan sinar UVB hanya mampu mencapai lapisan luar kulit (epidermis), sedangkan sinar UVA bisa mencapai hingga lapisan tengah kulit (dermis). 

Sejumlah masalah kesehatan yang dapat muncul akibat paparan sinar UV berlebih: Kulit terbakar, kerusakan mata, kanker kulit. 

Q : Lantas seperti apa langkah penanggulangannya?

A : Gunakan krim tabir surya secara rutin, Kenakan pakaian yang tertutup, Hindari paparan sinar matahari pada waktu tertentu, Gunakan kacamata hitam.

Q : Apakah ada penerapan rekayasa cuaca untuk meredam paparan sinar UV ekstrem?

A : Sejauh ini belum ada rekasaya cuaca untuk meredam paparan sinar UV ekstrim. 

 

Informasi Ultraviolet harian dapat diakses pada alamat :

https://www.bmkg.go.id/kualitas-udara/indeks-uv.bmkg